Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 September 2022

SASTRA JENDRA YUNINGRAT PANGRUWATING DIYU (004)


04.

Resi Wisrawa terhenyak sejenal mendengar perkataan Prabu Gardapati yang ternyata memiliki kecerdasan berpikir itu, Raja Gardapura itu dengan cepatnya bisa menangkap nasehat Wisrawa, lalu mengubah niatannya dalam mencari berkah darinya. Kembali Wisrawa termangu dibuatnya, hati kecilnya mendorong untuk memberkati Raja negeri Gardapura itu, namun nalarnya berkata lain. Nalar yang dibalut nafsu mementingkan diri sendiri itu mengingatkan bahwa kalau sampai dia memberkati Prabu Gardapati berarti dia telah siap untuk berkhianat kepada kesanggupan yang telah disampaikan kepada anak tunggalnya, Prabu Danaraja. Nalarpun mengingatkan, boleh jadi karena berkah darinya Prabu Gardapati akan berhasil memperistri Dewi Sukesi dan dengan demikian berarti Danaraja, anaknya sendiri, menjadi terkalahkan oleh Raja negeri Gardapura tersebut. Agak lama batin Resi Wisrawa berdebat hebat, dia harus memilih mana yang harus diutamakan dalam menjalankan darma, yakni darmaning asepuh yang harus membantu anak satu-satunya agar berhasil menyunting seorang putri untuk dijadikan istri, dan darmaning brahmana yang harus memberkati sipapapun juga yang sudah berniat untuk menjadi kawulaning gusti dan berusaha untuk mendekat kepada Sang Hyang Maha Kawasa.

 

Setelah cukup lama merenung, akhirnya pilihanpun jatuh pada kecintaan orang tua pada anaknya. Resi Wisrawa memutuskan untuk menolak permohonan Prabu Gardapati yang minta diberkati.

 

“Terpaksa aku harus mohon maaf padamu Sang Prabu” berkata Resi Wisrawa setelah diam agak lama “aku terpaksa tidak bisa memenuhi keinginan Anda untuk aku berkati, bahkan aku sarankan pada Anda, agar Anda mengurungkan niat untuk melamar puteri Prabu Sumali itu, lebih baik jika Anda segera pulang ke negeri Gardapura. Anda bisa mencari wanita lain untuk Anda angkat menjadi Permaisuri”.

 

Prabu Gardapati terkejut mendengar jawaban Resi Wisrawa yang seperti itu. Sambil memandang wajah Resi Wisrawa, dia mencoba untuk bertanya :

 

“Maaf Sang Resi, keberangkatanku dari rumah ini karena aku mengikuti saran dari Nujumku agar memperistri Dewi Sukesi dan mengangkatnya menjadi Permaisuri Gardapura. Tetapi di sini justru Sang Resi memberiku nasehat dengan saran yang bertolak belakang dengan saran nujum negeri Gardapura, apa yang menjadi alas an Sang Resi memberiku nasehat dan saran tersebut?”.

“Baiklah Sang Prabu” jawab Resi Wisrawa “aku harus berterus terang padamu, sesungguhnya akupun akan menuju negeri Langka dan akupun berniat untuk meminang Dewi Sukesi pada Prabu Sumali……..”

 

“Apa?” Prabu Gardapati memotong perkataan Resi Wisrawa dengan suara yang agak keras “Anda sebagai seorang Brahmana yang telah setua ini mau melamar seorang Puteri yang masih gadis? Apakah aku tidak salah dengar Sang Resi?”.

 

“Jangan keliru Sang Prabu” Resi Wisrawa menjawab sambil tersenyum “aku meminang Dewi Sukesi bukan untukku sendiri, aku sudah tua dan sudah pernah menikah bahkan sudah dikarunia seorang putera yang usianya tidak bertaut jauh dengan usia Anda, dialah Prabu Danaraja Raja Negeri Lokapala, untuk puteraku itulah aku melamar Dewi Sukesi, aku ingin Dewi Sukesi menjadi istri puteraku sekaligus menjadi Permaisuri Negeri Lokapala”.

 

Tiba-tiba Prabu Gardapati yang semula duduk bersimpuh di tanah, berdiri. Lalu ditatapnya wajah Resi Wisrawa dengan berani.

 

“Jadi hanya karena itu Anda tak mau memberkati diriku?” dengan suara dingin Prabu Gardapati bertanya.

 

“Ya” jawab Wisrawa pendek,

 

“Ha ha ha ……” Raja negara Gardapaura itu tiba-tiba tertawa, lalu berkata “maafkan aku Resi Wisrawa, dengan sangat terpaksa aku cabut rasa hormatku pada Anda. Karena ternyata aku sudah salah sangka, Anda tak lebih dari manusia yang berjiwa rendah, namun berani berpakaian layaknya seorang Brahmana. Anda tidak layak menyebut diri sebagai Resi, karena Anda masih mementingkan kebutuhan diri sendiri, kebutuhan keduniawiyahan yang taka da sangkut pautnya dengan darma seorang brahmana. Sekarang dengarkanlah, aku akan berkata padamu : kalau tadi Anda telah menyarankan agar aku pulang saja dan mengurungkan niatku melamar Dewi Sukesi, maka saat ini juga saran Anda itu aku kembalikan, pulanglah ke Girijembangan lanjutkanlah pertaubatanmu kepada Sang Hyang Maha Kawasa, buang jauh-jauh rasa inginmu menjadikan Dewi Sukesi menjadi menantumu, karena ketahuilah sungguh bukan anakmu itu yang ditakdirkan oleh Jawata menjadi suami Dewi Sukesi, melainkan diriku inilah orangnya yang akan menjadi suami puteri negeri Langka itu”.

 

Gemertak gigi Resi Wisrawa menahan amarah yang membakar jantungnya. Perkataan Prabu Gardapati itu dirasakan sebagai hinaan yang keji kepadanya. Namun Resi dari pertapaan Girijembangan itu masih menahan diri, disabar-sabarkan hatinya yang sedang menyala.

 

“Prabu Gardapati” dengan suara yang dibuat dengan suara biasa Resi Wisrawa berkata “memang harus kuakui, sebagai manusia aku masih memiliki rasa cinta kepada anakku satu-satunya dan berusaha mencarikan istri yang layak buat anak itu tidaklah bertentangan dengan darma seorang brahmana. Adanya aku tak mau memberkati dirimu, itu karena aku sudah terlebih dulu menyanggupi keinginan anakku sebelum bertemu denganmu di sini ini tadi, jadi tidak dapat disalahkan bila terpaksa aku menolak permintaanmu. Adapun saranku padamu untuk mengurungkan niat dan pulang ke Gardapura, itu hanyalah sekedar saran, aku tak akan memaksa Anda untuk mematuhinya ………..”.

 

“Berbeda dengan saranku padamu Resi Wisrawa” Gardapati memotong perkataan Resi Wisrawa “saranku tadi justru wajib untuk Anda jalankan, khusunya yang berkaiatan agar mengurungkan niat datang ke negeri Langka. Dan aku siap memaksa Anda untuk membatalkan niat Anda melamar Dewi Sukesi, ya memaksa Anda dengan cara apapun juga”.

 

“Anda berani memaksaku Prabu Gardapati?” tanya Wisrawa dengan nada keras karena marahnya “berarti Anda telah menantang Resi Wisrawa?”.

 

“Tidak ada pilihan lain Resi Wisrawa” jawab Prabu Gardapati sambil menyingsingkan kain panjangnya “siapapun yang menjadi pesaingku untuk mendapatkan Dewi Sukesi harus kusingkirkan, kalau perlu harus kumusnahkan dari muka bumi ini agar tidak selalu merintangiku, termasuk dirimu”.

 

Meskipun sudah menjadi Brahmana, namun Resi Wisrawa adalah mantan seorang raja, mantan prajurit dan senapati perang yang tak pernah terkalahkan, sudah terbiaasa berkelahi melawan segala macam musuh, baik berupa manusia maupun raksasa. Maka mendengar tantangan dari Prabu Gardapati seperti itu, taka da sedikitpun rasa jerih di hatinya. Bahkan darah mudanya Kembali memanas, jantungnya terasa seperti terbakar dibuatnya. Segera dia menambatkan kudanya di batang perdu yang tak jauh dari tempatnya, lalu hanya dengan sekalim loncatan dia sudah berdiri di hadapan Prabu Gardapati.

 

Tiba-tiba dari barisan pasukan negara Gardapura itu, berloncatan lima orang prajurit dengan senjata di tangan mengepung Resi Wisrawa.

 

“Baiklah kalau ternyata kalian sudah tanggap” Prabu Gardapati berdesis kepada kelima prajurit yang baru datang itu.

 

“Kami siap dan menunggu dhawuh Paduka Gusti” sahut salah seorang dari kelima prajurit itu.

 

“Singkirkan tua bangka tak tahu malu itu!” Prabu Gardapati memberi perintah “kalau terpaksa  boleh kalian kirimkan dia ke dasar neraka biar bangkainya menjadi makanan binatang buas di hutan ini”.

 

“Dhawuh Paduka siap kami laksanakan” jawab prajurit tadi dengan hormatnya.

 

Gardapatipun kemudian menyingkir agak menjauh, memberikan ruang kepada prajuritnya untuk bertindak mengusir Resi Wisrawa. Kelima prajurit itupun kemudian segera merapat mendekati Resi Wisrawa yang juga sudah siaga dengan sikap sempurna.

 

“Hai orang tua, ketahuilah!” salah seorang prajurit yang tampaknya berpangkat paling tinggi mulai bicara pada Wisrawa “aku dan keempat orang ini adalah Senapati pengawal Kerajaan Gardapura, namaku Tumenggung Sabukgada, lalu siapakah engkau ini wahai orang tua yang tak tahu diri ini?”.

 

 

bersambung
 

1 komentar:

  1. kawula taksih mawantu antu seratan2 panjenengan selajengipun, matur sembah nuwun

    BalasHapus

SENDHANG MUSTIKANING WARIH 8. (52)

  52.         Tiyang-tiyang ingkang wonten ing Pringgitan sampun boten kaget malih mireng wicantenipun Bebau Sumber makaten menika. Sadaya s...